Saja Mata adalah tradisi mistis yang masih diperhitungkan di Indonesia hingga saat ini. Tradisi ini dipercaya memiliki kekuatan gaib dan dapat memberikan perlindungan bagi pemeluknya. Saja Mata sering kali dilakukan oleh masyarakat Jawa dan Bali sebagai bagian dari upacara adat atau ritual keagamaan.
Menurut Dr. I Wayan Ardika, seorang pakar budaya dari Universitas Udayana, Saja Mata merupakan warisan leluhur yang telah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Beliau menambahkan bahwa kepercayaan terhadap kekuatan gaib Saja Mata masih sangat kuat di masyarakat Indonesia, terutama di kalangan yang masih memegang teguh tradisi-tradisi nenek moyang.
Saja Mata biasanya dilakukan dengan cara mengikatkan benda-benda mistis, seperti kain merah atau rantai, di bagian tubuh tertentu sebagai sarana perlindungan. Menurut Ki Joko Bodo, seorang paranormal terkenal di Indonesia, Saja Mata harus dilakukan dengan keyakinan yang kuat agar energi positif dari benda mistis tersebut dapat bekerja secara optimal.
Meskipun ada yang skeptis terhadap keberadaan Saja Mata, namun tradisi ini masih tetap eksis dan dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. Slamet Sujud, seorang ahli antropologi budaya, keberadaan Saja Mata dapat diinterpretasikan sebagai bentuk kepercayaan akan kekuatan gaib yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam perkembangannya, Saja Mata juga mulai diminati oleh kalangan muda sebagai bagian dari tren spiritualitas. Menurut Dian Novita, seorang praktisi spiritual muda, Saja Mata dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kepekaan spiritual dan mendekatkan diri kepada alam gaib.
Dengan masih adanya minat dan kepercayaan terhadap Saja Mata di masyarakat Indonesia, tradisi mistis ini nampaknya akan terus diperhitungkan dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. I Made Bandem, seorang pakar seni dan budaya Bali, “Saja Mata adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya kita yang kaya akan tradisi-tradisi mistis.”